Entah ini namanya apa, mungkin memang "Menunggu". Menunggu ketidakpastian lebih tepatnya, ditanggal yang ku bilang "sakral", dua puluh enam. Dua puluh enam yang memberi pengakuan, dua puluh enam yang memberi kepastian mungkin.
Dua puluh enam, dua puluh enam, dua puluh enam, akankah angka ini gak ada artinya kalau aku berulang-ulang menyebutnya. Mungkin sampai aku bosan, tapi tidak. Aku tetap menunggu sesuatu disana, tidak bisa ku elak. Aku memang sedang menunggu, kamu. Hanya itu. Kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar