Senin, 01 Juli 2013

Tentang Aku, Kamu, dan Hujan

Barangkali melupakan seseorang memang tak bisa semudah Tuhan membolak-balikkan hati manusia. Mungkin kamu pun sudah terjebak dalam siklus yang hanya bisa bolak-balik, tak bisa melepas komponen yang lainnya. Ya, aku sangat sadar. Sungguh amat sadar sekali bahwa ini masalah seonggok daging yang disebut hati yang didalamnya tertimbun dan berjubal berbagai perasaan yang semakin sesak lalu kamu kehabisan rongga untuk bernapas.

Setiap kamu bilang, bahwa aku tak mengerti perasaanmu. Aku memang teramat merasa sangat bersalah. Seperti ditimbun beberapa ton pasir dan aku terjerembab didalamnya. Semakin tidak bisa bergerak, yang bisa ku usahakan hanya mendongakkan kepala keatas lalu mengeluarkan tiupan karbondioksida yang tak ada timbal balik dari oksigen mampir ke paru-paruku. Semuanya hanya seperti zat-zat berbahaya yang mampu mematikanku kapan saja. Tak ada pilihan. Atau seperti menunggu kematian, begitu.


Dan ketika kamu menghilang, ku pikir rasa kehilangan itu lantas bisa terisi dengan penemuan baru. Nyatanya tiap kamu kembali, selalu ada atmosfer dalam galaksi kehidupanku. Kenangan-kenangan itu cepat-cepat berlari menghampiri lalu semakin berjubal  sesak memenuhi kepalaku. Maklum saja, aku bukan orang yang gampang melupakan segelintir kenangan.

Heranku bertambah meruncing, karna sesekali aku merasakan bahwa aku adalah sosok orang nyaris sempurna yang pernah kamu kenal dan pantas dicintai atau diperhatikan tanpa alasan apapun. Iya,karna tidak semua hal itu harus diberi alasan. Atau kadang alsan-alasan itu tak perlu tersampaikan karna kita tau betul apa yang sebenarnya hadir dalam selaput rongga kita.

Tunggu,..
Kamu tidak akan lupa denganku.
Demi namaku yang menjelma menjadi putri hujan.
Menjadi rintik-rintik hujan yang jatuh didahan-dahan pohon depan rumahmu.

Jelas, tak ada alasan kamu lupa, bila hujan selalu menyampaikan salam jumpa kita.
Tidak akan pernah...



Aku pernah menulis ini,
tertanggal 02 Mei 2013
Oleh: Wahyunie Enka Emha

Jiwa itu kembali,
bersamaan dengan hujan yang mengantarkan basah dirumahku

Segar,
Kamu terasa seperti itu sekarang

Percis sepersti hujanku
Tidak ada kering
Kemarau pun kuharap masih jauh
 Agar aku bisa kumpulkan cerita
Tentang aku, kamu, dan hujan

Sampai waktu memaksaku
untuk tidak menciptakan apapun bersamanya

Terimaksih untuk segalanya,
Maaf atas sesuatu yang menyakitkan,
Dan semoga semuanya indah pada waktunya...

Backsound: Yovie and Nuno - mengejar mimpi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar